Minggu, 07 November 2010

Untung Ruginya Memilih Tuhan

Tulisan ini bukan untuk mengundang perdebatan dan kontrofersi..hanya untuk sekedar mengungkapkan pemikiran liar saya tentang theis dan atheis..

Ketika sebuah diskusi mencapai titik kebuntuan antara harus percaya Tuhan atau tidak, terdengar jawaban seperti ini:
Theis akan menjawab“Mending percaya aja, toh kalo Tuhan itu gak ada ya gw gak rugi, tapi kalo ada, gw dapet surga"
Smentara Atheis menjawab "kalo gak ada ya gak untung, kalo ada atheist rugi masuk neraka”

Nah, awalnya memang sepintas terlihat bahwa paham atheism itu ruginya ada, untungnya gak ada, tapi masalahnya, emang iya paham theism itu gak ada ruginya?

Ilustrasinya gini:
  • ketika menyikapi masalah Tuhan, manusia dihadapkan pada pilihan, mau percaya Tuhan atau nggak, nah atheist milih nggak, theist milih iya
  • selanjutnya, theist akan memilih lagi, dari semua agama yang ada, agama mana yang mau dianut, mulai dari A sampe Z
  • setelah memilih agama, theist akan kembali dihadapkan pada pilihan, mau memilih aliran mana dari agama2 itu
  • setelah memilih aliran, berikutnya theist akan memilih lagi, implementasi bagaimana yang akan digunakan dalam kehidupannya
  • setelah itu, theist akan memilih lagi bagaimana mereka harus menyikapi isu – isu di luar agamanya seperti politik negara, sosial dengan agama lain atau sains
terus kasusnya tentang Tuhan itu secara garis besar bisa dibilang kemungkinannya:
  1. Tuhan itu gak ada
  2. Tuhan itu ada dan dia gak peduli apa yang manusia lakukan (gak banyak perhitungan, siapapun boleh masuk surga atau siapapun bisa masuk neraka)
  3. Tuhan itu ada, dia peduli sama yang manusia lakukan, tapi dia ketat soal agama-aliran-cara hidup mana yang dia pilih
  4. Tuhan itu ada, dia peduli sama yang manusia lakukan tapi dia gak terlalu ketat sama agama (intinya masih bisa dinego)
untuk masing – masing kemungkinan efeknya adalah:
kasus 1 : Tidak ada Tuhan
atheis hidup santai, theist hidup dengan cara yang sebetulnya gak ada untungnya
kasus 2 : Tuhan yang tidak mengurusi kehidupan manusia
atheis hidup santai, theist hidup dengan cara yang sebetulnya gak ada untungnya karena toh sama2 bakal masuk surga, neraka, atau malah mungkin gak ada afterlife
kasus 3 : Tuhan yang ketat sama agama
 atheist hidup santai, theist hidup dengan cara masing-masing, tapi cuma yang milih agama, aliran dan implementasi yang pas yang dapet untung, sisanya udah cape2 ngikutin ajaran agamanya nasibnya sama aja sama atheist
kasus 4 : Tuhan yang menilai kehidupan manusia tapi fleksibel urusan agama
 atheist hidup santai, theist hidup dengan cara masing-masing, tapi cuma yang milih agama, aliran dan implementasi yang pas yang dapet untung gede, sisanya cape2 ngikutin ajaran agamanya, nasibnya bakal nunggu kompensasi yang sama aja sama atheist
jadi kesimpulannya? :p

Kalau mau main pragmatis dan cari aman, jelas dari ilustrasi di atas bahwa untuk banyak kasus, nasib anda gak akan jauh beda sama yang hidup santai…

Sekali lagi saya tekankan disini, tulisan ini bukan bertujuan untuk menggambarkan enaknya jadi atheist,  justru ingin menuliskan, bahwa pragmatisme dalam kehidupan beragama tidak akan membawa anda ke mana – mana, memenangkan tiket ke surga jauh lebih berharga dibanding masuk ke sekolah impian, perusahaan bergengsi atau jabatan yang bagus… Nah kalau untuk hal – hal itu saja anda berpikir serius, kenapa untuk hal yang satu ini kebanyakan orang justru mendasarinya dengan pragmatisme?

Salam,
Pencari Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar