Sabtu, 27 November 2010

Selasa, 15 Juni 2010..Pkl. 20.55 Wib

Selasa, 15 Juni 2010
Pkl. 20.55 Wib

Selesai praktikum di YPAC Taman Sari..aku putuskan pulang ke rumah untuk melihat kondisi sitong yang baru pulang dari RS dan kedua orang tuaku yang lelah dengan kesibukannya. Saat itu jam 14.43Wib, setelah lebih dari 2 minggu aku tidak menginjakkan kaki ke rumah itu. Di luar pagar tidak terlihat 3 mobil berjejer seperti biasanya milik anak kos. Artinya mereka lagi liburan dankembalikerumah masing-masing. Lalu Aku geser pintu pagar terluar, aku melihat ada mobil kijang kapsul hijau punya sitong di sebelah kanan dekat taman depan, lalu aku geser lagi pintu pagar dalam, ada 2 mobil lagi, mobil jazz silver punya mamah, dan mobil mercy silver untuk keluar kota.artinya semua anggota keluarga lengkap ada di dalam rumah. 

Aku geser lagi pintu terdalam yang menghubungkan garasi dan rumah bagian dalam, sangat pelan dan sangat perlahan..kulangkahkan kakiku 3 langkah ke dalam rumah..mataku melihat TV di lantai bawah nyala, saluran HBO, dan kemudian menatap ke lantai atas, TVnya juga menyala dengan saluran yg sama.

Di lantai bawah, di balik kursi lazy boy yang nyaman aku menangkap asap mengepul di baliknya, dan ada gerakan pelan yang mengayunkan kursi. Aku ucapkan salam dengan suara datar, dan terlihatlah seorang sosok dibalik kursi dengan gayanya yang khas, rambut dan kumis yang ubanan yang disisir rapih, dengan tangan memegang sebatang rokok yang menyala dan memakai kaos oblong dan sarung, serta secangkir kopi hitam di meja sebelahnya duduk.

Dengan suaranya yang besar dan berat dia memanggil namaku, aku dekati pria tua itu, kusambut tangannya yang menjulur ke arahku dan kucium tangan yang berbau rokok itu. Sedikit berbasa-basi aku menanyakan kabarnya dan kabar orang lain, serta keberadaan orang-orang penghuni rumah itu.
Kemudian aku beranjak dari sisinya dan mendekati kamar tidur utama, ku ketuk pelan pintunya, dan tanpa menunggu jawaban dari dalam aku buka pintu jati yang berat itu dan masuk kedalamnya melewati lorong panjang berlantaikan batu granit dan berakhir dengan lantai marmer yang menandakan telah tiba di ruang tidur utama yang luas. Ruangan yang terbagi dua dengan ruang kerja, kemudian kutolehkan kepalaku ke kanan, di ranjang besar berwarna putih ku lihat sesosok wanita tua yang letih sedang tertidur lelap, rambut ubanan yang dicat merah tampak malu mengakui usia yang dimakan waktu, sengaja aku naik ke atas kasur dengan gerak tubuh yang pelan, ku dekati wanita tua itu, dan ku raih tangan yang sedang memeluk bantal guling itu, ku cium tangannya, ia terbangun, tersenyum tipis dan kemudian terlelap kembali. Sejenak aku diam, berbaring di sebelahnya membelakinginya, meresakan tarikan dan hembusan nafasnya yang berat. 

Lalu aku bangkit meningglkan ruangan sepi yang remang-remang itu dan naik keatas melalui tangga baja yang bergetar setiap melangkahkan kaki di anak tangganya. Setelah melewati anak tangga terakhir kulangkahkan kakiku melintasi jembatan berlantaikan kayu dan diakhiri dengan lantai marmer. Di sebelah kanan, di ruang tivi, terlihatlah sosok besar. Dengan kaos abu-abu kusam dan celana basket selutut, serta kepala yang tertutup bantal berbaring diatas sofa panjang berwarna biru dengan saluran TV HBO, kedekati dengan perasaan berat, takut dan jantung berdetak lebih cepat..tidak ingin menghindar lagi, ingin memperbaiki kondisi yang tidak nyaman yang telah terbentuk sejak kecil, kupanggil namanya pelan 2 kali..ku dekati dan ku elus lembut tangannya, tidak ada reaksi..kemudian aku pergi meninggalkannya dan kembali turun ke bawah bergabung bersama bapak yang masih asik dengan film, rokok, dan kopinya.
Tidak lama kemudian terdengar suara pagar depan digeser dan ucapan salam dari ibu-ibu tetangga. Ku langkahkan kaki ke pintu depan, kuputar kunci yang terletak di kaki pintu, dan ku Tarik pintu jati yang ditanam di antara lantai dan langit-langit rumah. Kupersilahkan para tamu itu masuk, kemudian aku beranjak kembali ke kamar tidur utama, membangunkan mamah yang masih lelap tertidur, dengan malas dan sedikit mengeluh ia bangkit, merapihkan pakaiannya dan keluar dari ruangan itu menyambut para tamu yang ingin menjenguk sitong.

Aku tetap berada di dalam kamar yang luas dan remang-remang itu, tidur-tiduran malas menghindari interaksi dengan tamu yang datang, tak lama kemudian terdengar pintu kamar dibuka dan suara langkah kaki masuk. Ternyata bapak, ia masuk ke dalam kamar mandi, memutar keran dan mengambil air wudhu, kemudian dilanjutkan dengan shalat ashar. Selesai shalat, ia bergabung bersamaku diatas tempat tidur sambil menyalakan TV, ia bercerita tentang kondisi sitong selama di RS, salah satu bagian ceritanya sangat menyinggungku, ia mengatakan sitong di kunjungi berpuluh-puluh temannya, dari teman kampus ITB, teman SMA, dan para relawan anak jalanan Ciroyom. Mereka semua bergiliran menjaga sitong dari pagi sampai besok paginya lagi, bahkan setiap orang punya jadwal jaganya masing-masing. Mereka melakukan itu ikhlas, tanpa harapkan balasan apapun, hanya berharap sitong sembuh lebih cepat. Sedangkan aku..selama seminggu lebih di RS, tidak pernah sekalipun aku datang melihatnya, tidak ada usaha dan kemauan untuk datang mengunjunginya, menghindarinya dengan mencari kesibukan di kampus, membuat alasan untuk tidak pulang dan datang ke RS dengan kesibukan tersebut. Aku merasa malu pada diri ini, teman-teman yang banyak datang dengan ikhlas dan menjaganya dengan penuh kehati-hatian, sedangkan aku, saudara kandungnya adik yang sedarah dengannya..justru lari darinya, pura-pura tidak tau dengan kondisiya dengan alasan yang sengaja dicari. Disini aku melihat bahwa seorang teman lebih terasa seperti seorang saudara, dan seorang saudara sebenarnya lebih terlihat sebagai seorang musuh. Kehilangan seorang saudara kandung, tapi mendapatkan berpuluh-puluh saudara yang jauh lebih baik dari saudara kandung. Dan aku merasa tidak berarti lagi di keluarga ini, terutama untuk dirinya. Sudah tidak ada aku di hatinya, bener-benar tidak ada aku. Tidak penting untuknya apakah aku ada menemani di sisinya atau tidak, bahkan lebih nyaman untukya tanpa aku di sampingnya. Ada atau tidaknya keberadaanku dirumah ini adalah sama baginya.

Kemudian terdengar suara mamah memanggil namaku, mengajakku makan dan mengobrol tentang kesibukanku.selesai makan aku naik ke atas, masih di kamar lamku yang terasa asing dengan hanya 1 buah tempat tidur dan meja komputer. Lemari boneka, lemari buku, meja belajar, lemari baju semuanya di keluarkan, berpencar ke segala penjuru rumah. Malam ini sitong tidur di kamar bawah, jadi ini malam terakhirku di kamarku sebelum di ambil alih sama sitong. Dan aku terpaksa pindah ke kamarnya yang 2 kali lebih besar dari kamar lamaku.

Kamar yang sanagt besar yang terletak persis di depan kamar lamaku dan hanya dipisahkan oleh sebuah ruang kamar mandi saja. Kamarnya sangat besar di dalamnya ada 1 tempat tidur berukuran 2x2 meter, 1 spring bed singgle, dan 1 kasur tingkat..tempat tidurku dan sitong waktu kecil dulu. Kemudian masih ada 1 lemari bajuku yang dipindahkan dari kamar lamaku, 1 buah meja gambar arsitek muliknya, 1 buah meja lampu, dan meja tamu yang tidak terpakai,serta 1 buah sofa singgle kulit berwara hitam. Dengan barang sebanyak itu pun kamar itu masih tersa sangat luas, masih sangat lapang, dan kalau malam udara akan semakin dingin dan menjadi sangat dingin di dalam kamar yang sangat luas itu. 
Terbayang olehku, aku seorang diri di dalam kamar tersebut, hanya menempati sebuah tempat tidur dan mengosongkan 3 bauh tempat tidur lainnya..terbayang olehku berada seorang diri disana dengan udara yang semakin dingin, dengan kokosongan yang berarti, terasa asing dan semakin terasing dengan ruangan yang luas dan banyak barang tidak berguna. Seperti aku yang juga merasa tidak berguna, tidak dibutuhkan lagi, tapi enggan untuk di buang, dan jadilah aku disana tersimpan rapih seperti barang-barang lainnya. Hanya aku seorang anggota keluarga yang merasa asing di rumah sendiri dan merasa tidak berdaya dengan situasi ini, hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan. Aku yang terasingkan dan tidak ada yang menyadarinya. 

Malam ini pun, malam terakhir dikamar lama yang terasa asing pula, setelah magrib tidak ada kehidupan diluar sana, semua orang dirumah ini masuk kedalam kamar masing-masing asik dengan dirinya. Rumah yang besar dan sepi tanpa kehidupan yang berarti. Kalau boleh aku memilih..kalau aku diberikan kesempatan untuk memilih.. aku tidak mau tinggal di rumah ini, sejak awal aku tidak ingin pindah ke rumah ini, dan ketika ada kesempatan untuk meninggalkan rumah ini akan ku ambil dan pergi dari rumah ini.

Keinginanku hanya sederhana saja.. kembali kerumah yang dulu, rumah kecil tanpa desain arsitek yang berarti, rumah kecil dengan 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur.. rumah kecil yang tidak mencolok namun penuh kehangatan..rumah kecil yang sempit namun terasa nyaman..rumah kecil yang terisi dengan keceriaan.

Aku tau dan aku sadar tidak mungkin untuk kembali..hanya bisa menerima kenyataan di rumah besar ini dengan kekakuannya, dengan suasana yang dingin, dengan sikap indivisualistik penghuninya..hanya itu yang bisa aku lakukan..menerima semuanya dengan pasrah..karena tidak ada pilihan lain untukku..hanya itu saja.




Salam,
Pencari Tuhan
a.k.a. :-Seorang Gadis Kecil Yang Kehilangan Keceriaan Dalam Dirinya-
-Seorang Anak Perempuan Yang Selalu Tersenyum Tapi Menangis Di Dalam Hatinya-
-Seorang Wanita Yang Menyesali Situasi Masa Lalu-
-Seorang Manusia Yang Mengharapkan Perubahan Akan Terjadi Cepat Atau Lambat-





Tidak ada komentar:

Posting Komentar