Rabu, 25 Mei 2011

Jejak Di Hatimu

ini jejakku untukmu
tak bisa selamanya diri ini menetap di sisimu
tak mampu diri ini dampingimu sampai akhir
jadi kutinggalkan jejakku padamu...

ini jejakku untukmu
kenangan yang telah kita rangkai bersama
perasaan yang telah kita bina sejak lama
harapan yang akan kita raih sejak awal
dan janji yang telah kita rantai pada akhirnya

ini jejakku untukmu
bukanlah sebuah emas berlian yang melingkar di tanganmu
bukan pula sebuah kristal perak yang menghiasi meja riasmu
juga bukan guci antik yang mempermanis kamar tidurmu

ini jejakku untukmu
takkan kau sadari keberadaaan jejakku padamu
takkan kau lihat jejakku di rumahmu
takkan kau mengerti maksud jejakku

ini jejakku untukmu
jejakku ku simpan jauh di lubuk hatimu
jejakku akan kau rasakan ketika kau membutuhkanku
jejakku akan membantumu memahani makna hidup

hanya jejakku ini yang terbaik yang mampu kuberikan untukmu, sahabat....


Salam,
Pencari Tuhan

Jumat, 20 Mei 2011

Keluarga....

Pada dasarnya keluarga adalah orang tua kita, kakak kita, adik kita, paman, bibi, keponakan, kakek, nenek, sepupu, dan semua orang yang memiliki hubungan darah dengan kita. tapi ternyata definisi keluarga yang seperti itu udah ketinggalan jaman, pemikiran yang kayak gini nih yang masih sempit...


Ternyata keluarga itu bukan hanya sekader orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan kita...di luar sana banyak orang-orang yang tanpa kita sadari sangat berarti keberadaannya dalam kehidupan kita, orang-orang yang ketika kita kehilangan mereka akan sangat menyakitkan. ya,,mereka adalah teman, sahabat, rekan kerja, partner da'wah, anggota komunitas, dan sejenisnya. tanpa mereka usaha yang kita lakukan akan kurang bararti, tampa mereka kebahagiaan hidup ini akan kurang lengkap, tanpa mereka juga tidak akan terjadi indahnya saling berbagi...berbagi rasa suka dan duka, berbagi barang-barang bersama, berbagi susah dan sengsara, berbagi kebahagian, dan berbagi apapun itu...



Ternyata tanpa hubungan darahpun kalau kita saling menyayangi di antara satu dan lainnya itu juga bisa disebut sebagai keluarga...karena keluarga artinya adalah orang yang berarti untuk kita.
mulai sekarang jangan takut untuk mengetakan di depan mereka dengan bangga "INILAH KELUARGAKU..."





Salam,
Pencari Tuhan

Rabu, 18 Mei 2011

Inikah Cinta?



mereka bilang cinta itu indah, 
tapi terkadang menyakitkan...
ada yang bilang cinta itu bagaikan dunia milik berdua, 
hanya seputar kau dan aku...








katanya ketika cinta datang...
hati ini akan berbunga-bunga
jantung ini berdetak cepat ketika melihatnya
mata ini tak mau berpaling darinya
dan ingatan ini takkan mampu menghapus bayangannya


masih tak ku mengerti apa itu cinta?
seperti apa rasanya cinta?
masih tak ku pahami kapan cinta itu datang hampiriku? atau mungkinkah sudah?
seperti apa tandanya ketika cinta telah hadir padaku?






aku memang tidak tau apa itu cinta...
aku memang belum merasakan seperti apa cinta...
tapi aku tau ketika bersamamu aku rasakan nyaman
aku tau ketika melihatmu keceriaan menghampiriku
aku tau ketika mendengar suaramu hati ini menjadi tenang




akupun menyadarinya...
ketika kau melihatku, senyum terbaik merekah di bibir ini
ketika kau bercerita kepadaku, seluruh tubuh ini mendengarkan isi hatimu
ketika waktu akan memisahkan kebersamaan kita, ingin rasanya kuhentikan waktu




kalau semua yang kurasakin itu bisa disebut dengan cinta..
maka benar adanya cinta telah hadir padaku
tapi takkan ku biarkan diri ini terlena karna cinta
aku yakin hidup bukan hanya sekadar cinta belaka
aku yakin tak selamanya cinta buatku bahagia


lebih baik aku tak menganal cinta
aku rela tinggalkan cinta jika menyakitkan
aku rela lepaskan cinta demi mimpiku
aku rela lupakan cinta tanpa logika
karna cinta bukan segalanya






Salam,
Pencari Tuhan

Minggu, 08 Mei 2011

Jeritan Seorang Anak

semoga ini hanya persepsiku belaka. mungkin sebagai orang tua wajar jika mengharapkan yang terbaik untuk anaknya, wajar jika menginginkan kebanggaan akan keberhasilan dan prestasi hidup yang diraih oleh putra putrinya.

wajar jika orang tua berharap pada seorang anak yang kelak menjadi dokter, pengusaha sukses, pendidikan tinggi dengan gelar yang berjejer di belakang namanya, diplomat, perbankan, atau harapan lain yang lebih rohaniah seperti seorang ulama, penceramah handal, hafidz, dan sejenisnya.
wajar jika orangtua mengharapkan anak yang telah susah payah ia peroleh, yang telah susah payah ia kandung dalam rahimnya, yang telah susah payah ia lahirkan kemudian ia besarkan dengan segenap jiwa raganya menjadi seorang anak yang pintar dan cerdas, anak yang soleh dan solehah, anak yang baik dan lemah lembut, anak yang penurut dan menyenangkan.

Taukah kau ayah...ibu...ketika anakmu ini berhasil meraih harapanmu kau akan memujinya, membanggakannya dihadapan rekan-rekanmu. tapi pada suatu saat ketika harapanmu tak berhasil dicapainya, kau akan marah...kau menghukumnya...mengatai-ngatainya...bersikap semakin keras padanya.

taukah kau ayah...ketika kaki ini mulai melangkah kesekolah pertamanya, ketika diri ini sudah mengerti arti nilai baik dan buruk dilihat dari angka dan warnanya...kau menanamkan dalam pikiranku bahwa anak pintar adalah anak yang tidak ada angka merahnya... tapi suatu hari, ayah... ada 1 angka merah di raporku...teringat jelas sampai sekarang peristiwa itu dikepalaku. kau dudukkan aku diatas sofa empuk bersama abangku yang bernasib sama denganku, kau memerintahku dengan nada tinggi dan jari diacungkan kearahku, kau menasihatiku dengan teriakan...kau membanding-bandingkanku dengan anak orang lain yang lebih baik. sadarkah kau ayah di balik tangisan dan air mata yang membanjir itu, aku bertekat takkan mengulangi kesalahan ini. aku berjanji pada diriku untuk belajar lebih serius lagi, dan aku bersedia menerima hukuman apapun darimu.
Ayah...nilai rapor berikutnyapun kuterima kembali, dan aq semakin ketakutan ketika memberikan buku tipis itu padamu karna angka merah di dalamnya bertambah semakin banyak. kembali amarahmu menggemparkan rumah kita...membuatku ketakutan dan menangis penuh penyesalan. jadwal hariankupun kau atur dengan sangat rinci...tidak banyak waktu bermainku, setiap hari diisi dengan sekolah, les privat, dan belajar sendiri yang kau awasi di ruang belajar yang telah kau siapkan.

ibu...ingatkah ketika untuk pertama kalinya aku pergi tanpa izinmu...saat itu aku merasa sudah besar, sudah tidak memerlukan persetujuanmu untuk hal-hal kecil seperti bermain. kemudian kau panik setelah mencariku kemana-mana dan mendapatiku sedang tertawa dan berlari riang di taman rumah temanku. dari jauh kau meneriakiku, memanggil namaku dengan nada marah dan muka merah... memarahiku di depan temanku, menyeretku dengan paksa ke dalam mobilmu dan mencubitku bertubi-tubi di tangan dan kakiku. taukah kau ibu...saat itu aku managis sejadi-jadinya dan berkali-kali terlontar kata ampun dari bibir yang bergetar ini, aku akui kesalahanku dan berjanji takkan mengulanginya...tapi tak kau hiraukan ibu..kau terus menyetir mobil sambil mulutmu berkicau nyaring mengomentari tindakanku.

ingatkah ibu, kau selalu setia mengantarkanku melakukan kegiatan yang telah kau tentukan, setiap hari kau antarkan aku ke seolah, kemudian kau jemput aku lagi dengan membawakanku baju ganti dan makan siang. ingatkah bekal makanan yang lezat itu kau siapkan dan kau suapi aku. setelah itu kau antar aku kembali ke tempat les, kau menungguku selama 2 jam di dalam mobil, sementara aku menyelesaikan bimbinganku. dan akhirnya kita pulang. kau izinkan aku bermain sampai batas matahari tenggelam. kemudian kau panggil aku, menyuruhku mandi dan makan malam dengan sedikit perbincangan ringan. selepas itu aku harus kembali keruangan dingin yang berwarna putih dengan 2 buah meja dan kursi serta sebuah papan tulis, kembali menekuni pelajaran hari ini dan menyelesaikan PR sekolahku.

ayah...ibu...pernahkah kau bertanya bagaimana perasaanku? pernahkah kau bertanya apa keinginanku? pernahkah kau bertanya ada peristiwa menyenangkan apa hari ini?
ayah...ibu...dalam candamupun aku merasakan ketidak nyamanan, dalam candamupun selalu terselip perbandingan antara aku dan anak lain, selalu terselip candaan yang merendahkanku, yang membuat hatiku sakit dan makin terpuruk dalam.

kini aku sudah dewasa, aku tau mana yang baik dan buruk, aku bisa memutuskan pilihanku sendiri, aku sanggup menyelesaikan masalahku sendiri. tapi taukah kau ayah..ibu.. di balik seorang anak gadis yang ceria dan penuh tawa ini tersembunyi seorang gadis yang pemalu, seorang gadis yang rapuh, yang takut mengambil keputusan kecil sekalipun dan takut menerima amanah yang ditujukan padanya.
di balik sikap percaya diri dan bersemangat itu, tersimpan kekhawatiran yang sangat besar tentang segala hal, tersimpan ketakutan untuk membuka diri dengan orang baru.

maafkan aku ayah..ibu.. aku tau sekarang aku sudah tidak sepenurut yang dulu, aku tau sekarang aku lebih berani menuntut hak-hakku...dan aku tau bahwa aku sudah berani mengkritik setiap tindakanmu yang dulu dan sekarang yang menggangguku.

kau bilang IPK ku yang diatas 3 masih terlalu kecil, kau bilang itu karena kesibukanku di luar yang menurutmu tidak pentung. tapi aku tidak akan diam seperti dulu lagi ayah...aku tidak akan menerima semua perkataanmu yang merendahkanku seperti dulu lagi ibu...mungkin bagi orang lain ipk ku yg sekarang sangatlah gampang di capai, tapi dengan kepribadian yang kudapat dari pengasuhanmu dulu itu sangat sulit. berkali-kali aku melawan diri ini untuk berani mengangkat tangan di kelas, mengeluarkan suara yg terbata-bata, melawan kerasnya degupan jantung ini yang seakan mau keluar. banyak pertimbangan yang kulakukan untuk memutuskan keluar dari lingkungan akademik dan fokus di organisasi.  tidak mudah bagiku masuk ke dalam suatu lignkungan baru dan berani mengambil keputusan itu...tapi aku masih bertanggung jawab dengan kuliahku. aku masih belajar jauh lebih keras dari biasanya. taukah kau ayah, waktu tidurku ku pakai untuk mengganti waktu belajarku yang telah terpakai untuk kegiatan ekstra kampusku. taukah kau ibu...waktu luangku di sore hari kupakai untuk memperdalam agamaku. taukah kalian wahai orang tuaku, disini aku berjuang keras untuk keluar dari diriku yang dulu..di sini aku berjuang keras untuk memenuhi semua harapanmu dengan caraku.

tapi, lagi-lagi kau tidak mau tau apa yang sudah aku lakukan...proses apa yang sudah ku lalui sehingga aku menjadi begini, sehingga kau bisa memperoleh kemajuan sejauh ini. kau hanya tau hasilnya, bagaimana akhirnya...
pernahkah kau bertanya usaha apa yang sudah kulalui untuk mencapai ini semua? pernahkah bertanya kepadaku bagaimana kabarku di kosan? pernahkah kau bertanya padaku tentang kuliahku? terkadang aku iri dengan teman-temanku yang setiap hari mendapat telfon dari ibunya, yang bisa marasakan perasaan rindu dengan rumah mereka, yang bisa berbuat sesuka hati mereka tanpa takut teguran dari orang tua mereka.
pernahkah kau menelfonku  setiap hari ibu? dalam 1 bulan telfomnu bisa ku hitung dengan jari. pernahkah kau bertanya padaku bagaimana kabarku di kosan ayah? kau hanya mengirimiku SMS 2-3 kali dalam sebulan dan mengabarkan bahwa uang bulanan sudah dikirim.

aku tau disini aku sendiri, aku tau disini aku bisa bebas semauku tanpa perlu campur tanganmu...tapi entah mengapa timbul rasa ketakutan yang mendalam saat aku akan memulai sesuatu yang baru...aku tau kini aku tak perlu izinmu untuk melakukan segala hal yang menyangkut kebaikanku, aku tau aku tak perlu melapor lagi apa saja yang telah aku lakukan dan berapa banyak uang yang terpakai. lagi-lagi itu semua tidak mudah bagiku. butuh keputusan besar untuk suatu hal yang kecil, butuh perlawanan yang kuat untuk tindakan yang ringan.

aku akan tetap menjelaskan kepadamu ibu apa saja yang telah kulakukan disini seorang diri, perkembangan apa yang sudah kudapatkan, peristiwa besar apa yang telah menghampiriku. ayah...aku akan tetap menjawab smua pertanyaanmu, menyempatkan diri untuk pulang dan berbincang ringan sejenak di depan TV...

kini harusnya kau sudah mengerti setelah membesarkan 3 anak yang telah lulus kuliah dan menikah... harusnya kau mengerti di akhir perkuliahanku semakin banyak aku meminta hak-hakku untuk menunjang tugas akhirku. lagi-lagi kau merendahkanku ibu, kau berkata kenapa baru sekarang aku memulai skripsi ini, kenapa tidak dari semester yang lalu sehingga aku bisa lulus 3,5 tahun. tapi aku tidak marah ibu, aku telah menjelaskan alasanku aku menjawab pertanyaanmu dengan mantab.

ayah..ibu..kau bilang usiaku sudah layak untuk berkeluarga...ibu kau bilang pemikiranku sidah dewasa, jiwa keibuanku sudah ada...pribadiku sidah siap untuk membina keluarga, tapi kau kecewa karna itu semua tidak kuperlihatkan seutuhnya, kau kembali menuntutku bersikap dewasa, menghilangkan sifat kekanak-kanakanku yang dominan terlihat diluar dan memarahiku setiap kali aku menyangkal tuntutanmu. tidak bisakah ibu aku hidup dengan caraku..aku hidup dengan gayaku...tidak bisakah ibu, akumenjadi diriku saat ini?
kau menuntut kuliahku agar cepat selesai...tapi kau memarahiku ketika aku meminta hakku untuk membantu tugas akhirku. kau mencarikanku calom pendamping hidup, namuns tiap kali kau kenalkan ia padaku aku menolaknya. kau marah..kau bilang aku masih kekanak-kanakan, kau bilang aku egois, terlalu cepat mengambi keputusan. tapi taukah kau ibu,,,setiap keputusan yang ku ambil teah melalu berbagai pertimbangan yang kupikirkan berulang kali. tidak bolehkah aku menetukan pilihanku senidiri? tidak bolehkah aku menentukan standar kelayakan untuk calon imamku? tidak bolehkah hidup dengan caraku? setiap kali aku mengajukan seorang calon pilihanku kau selalu menolaknya...haruskah semuanya darimu ibu? haruskah semuanya berdasarkan standar kelayakanmu ibu? sebetulnya siapa yang akan menjalani kehidupan ini ?
kau ingat aku bernah berkata aku siap memulai hidup ,merintis dari bawah seperti ayah dan ibu dulu...aku siap hidup tanpa kemewahan seperti yang kau berikan padaku sekarang...aku siap dengan segalanya...karna ini keputusanku, ini jalan yang kupilih untuk hidupku. aku yakin kau tidak tega dengan itu semua..kau ingin aku tetap seperti sekarang ini...tapi haruskah semua sesuai dengan standarmu ibu?

ayah..ibu.. maafkan aku..sungguh aku tidak membencimu...semakin besar sayang ini melihat dirimu yang semakin renta dimakan usia...tapi bisakah kau berhenti memikirkanku? mulai sekarang pikirkanlah dirimu saja, kebahagiaanmu yang telah kau lewatkan karna membesarkanku...pikirkanlah kesenanganmu saja... aku sudah besar ayah..aku sudah dewasa ibu... aku tau apa yang pantas dan tidak untukku..aku tau mana yang baik dan tidak...aku bisa memutuskan semua seorang diri...ku mohon...mulai sekarang biarkan aku hidup dengan caraku...bisakah?



Salam,
Pencari Tuhan